jatim.jpnn.com, SURABAYA - Di tengah sorotan rendahnya minat baca dan tantangan literasi di Indonesia, sekelompok anak-anak di Surabaya justru menjawabnya dengan aksi nyata.
Salah satunya, Daniel Handoko, siswa kelas 9 yang menciptakan BookLens—aplikasi berbasis pemindai barcode buku untuk mengidentifikasi kesesuaian isi buku dengan usia pembacanya.
Karya itu ditampilkan dalam Little Heroes: Guardians of Tomorrow – Changemaker Fair, acara tahunan yang digelar Leap English & Digital Class (LEAP) di Atrium Pakuwon City Mall.
Daniel mengenang awal mula lahirnya BookLens. Saat itu dia duduk di kelas 6 SD dan ikut serta dalam kegiatan LeapXperience yang mengajak peserta mengamati kondisi literasi di perpustakaan.
“Saat itu aku menemukan ada buku-buku yang temanya kurang cocok untuk anak-anak, tetapi bisa diambil dengan mudah. Tidak ada pembeda usia, dan itu juga terjadi di sekolah,” jelas Daniel.
“Dari situ aku ingin bikin BookLens, supaya anak-anak tidak salah baca buku,” imbuh dia.
BookLens bekerja dengan cara memindai barcode buku, lalu menampilkan peringatan visual jika isi buku tidak sesuai dengan usia yang dimasukkan. Warna merah menandakan konten yang sebaiknya tidak dikonsumsi anak-anak.
“Aplikasi ini memungkinkan masyarakat untuk ikut menambahkan data buku secara crowdsourced sehingga terus berkembang seiring waktu,” kata Daniel.