jpnn.com - JAKARTA - Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat dalam tiga tahun terakhir (2021-2024) kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue ialah mereka yang berusia 15-44 tahun.
Kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-14 tahun.
Hal ini menempatkan anak-anak dan remaja sebagai kelompok yang paling berisiko terhadap dampak terparah dari penyakit dengue.
“Dengue itu bukan penyakit musiman, virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya," kata Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Neurologi dr. Atilla Dewanti, SpA(K), Senin (28/7).
Gejalanya mirip dengan influenza, yaitu demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit.
Akan tetapi, yang berbahaya kalau tidak dikenali dan ditangani sejak awal, dengue bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS), kondisi serius yang ditandai dengan perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah yang drastis, bahkan bisa berujung fatal.
"Ini kasusnya juga banyak terjadi pada anak-anak," ujarnya dalam talk show cegah DBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD” yang digelar Takeda Innovative Medicines baru-baru ini.
Atilla menambahkan, seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda, yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.