jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) melalui Electricity Connect 2025 diharapkan mampu menjadi katalis inovasi dan investasi para pemangku kepentingan dalam ekosistem Energi Baru Terbarukan (EBT).
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Wanhar menyampaikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan pemanfaatan sumber EBT domestik.
Upaya ini sejalan dengan target pemerintah membangun kedaulatan energi nasional dan mencapai net zero emission pada 2060.
“Porsi EBT dalam pembangkitan saat ini masih sekitar 14,4%. Pemerintah telah menyiapkan peta jalan yang jelas dengan target peningkatan bauran EBT sebesar 21% pada 2030, 41% pada 2040, dan mencapai 74% pada 2060,” paparnya dalam konferensi pers peluncuran Electricity Connect 2025 di Jakarta.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN, Suroso Isnandar, menekankan bahwa potensi EBT Indonesia yang sangat melimpah dan beragam belum termanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, pemerintah menetapkan target pembangunan pembangkit EBT sebesar 42 Gigawatt (GW).
“Potensi EBT mencapai lebih dari 3.000 GW, tetapi pemanfaatannya baru 0,2%. Seandainya 10% saja dari potensi ini dapat kita manfaatkan, kita sudah memiliki sistem energi yang luar biasa,” tegas Suroso.
Ia kemudian mengungkapkan salah satu kendala pemanfaatan EBT adalah adanya mismatch antara lokasi sumber EBT dengan pusat beban listrik. Sehingga dibutuhkan infrastruktur jaringan transmisi canggih antar pulau untuk mengatasi kendala tersebut.
Untuk mewujudkan proyek tersebut, lanjut Suroso, diperlukan pembangunan infrastruktur yang masif. Termasuk di antaranya adalah jaringan transmisi sepanjang 48.000 kilometer sirkuit (kms), serta dukungan dana investasi yang besar.





















































