jatim.jpnn.com, SURABAYA - Kapolda Jatim Irjen Nanang Avianto menyatakan kericuhan aksi di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (29/8), bukan cerminan aspirasi komunitas ojek online (ojol).
“Rekan-rekan bisa membandingkan dengan yang di Grahadi dan yang sekarang di Polda. Ini ojol semua, murni, kondusif. Tidak ada apa-apa dan kami terbuka. Aspirasi mereka kami tampung,” kata Nanang di Mapolda Jatim.
Menurutnya, kericuhan di sekitar Grahadi menimbulkan tanda tanya karena aksi itu berujung perusakan fasilitas umum serta merusak simbol kebesaran Provinsi Jawa Timur.
“Jangan sampai ojol ini didiskreditkan. Terbukti sekarang, apa yang dilakukan di Polda itu murni aspirasi dan berlangsung tertib, sedangkan yang di Grahadi berbeda. Kami akan investigasi siapa pelakunya karena di situ ada simbol provinsi yang harus dijaga,” ujarnya.
Nanang menyebut aparat telah mengedepankan langkah persuasif sebelum melepaskan gas air mata. Proses pengamanan, kata dia, sesuai SOP mulai dari imbauan, barikade, hingga penyemprotan air.
“Begitu kawat pengaman dirusak, kami bertahan. Setelah ada peringatan, tetap tidak mundur, kami semprot air, tetapi mereka makin beringas, ada pembakaran, perusakan CCTV, hingga pelemparan dengan paving, bahkan motor dibakar,” ucapnya.
Nanang mengatakan aparat sama sekali tidak menggunakan senjata api, baik peluru tajam maupun karet.
"Tidak ada kami menggunakan senjata, apalagi peluru tajam. Kami hanya menggunakan gas air mata, supaya massa mundur dan situasi terkendali,” tuturnya.



















































