jateng.jpnn.com, SEMARANG - Di tengah isu pemanasan global yang kian memburuk, perhatian terhadap ruang terbuka hijau di kawasan urban terus meningkat. Namun, keterbatasan lahan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang kerap membuat harapan akan ruang alami menjadi utopia.
Menjawab tantangan itu, Dr. Cindy Fiolita Graciela, dosen muda Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, menghadirkan disertasi yang mengangkat green roof berbasis estetika formal sensorik sebagai sarana mendorong kesadaran ekologis masyarakat urban.
Disertasi yang berjudul Konsep Model Green Roof Berbasis Estetika Formal Sensorik untuk Mendorong Perilaku Ekologis Masyarakat Urban itu dipresentasikan dalam sidang terbuka Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Unika pada Rabu (30/7), bertempat di Teater Thomas Aquinas, Lantai 3 Kampus Unika.
Dalam forum akademik itu, Cindy menjelaskan bagaimana pendekatan estetika yang melibatkan pancaindra dapat mengubah perilaku masyarakat urban terhadap lingkungan.
“Estetika selama ini dianggap pelengkap visual saja. Namun, jika dihadirkan dengan pendekatan formal sensorik, bisa menjadi pemantik kesadaran ekologis,” ujar Cindy.
Disertasi Cindy tidak hanya menyoroti aspek desain atau fungsi green roof secara teknis. Dia membedah bagaimana ruang hijau di atas gedung jika dirancang dengan pendekatan estetika yang melibatkan indera dan emosi, bisa membentuk relasi antara manusia dan alam.
Penelitiannya dilakukan di tiga lokasi dengan fungsi bangunan berbeda, yakni Mall PVJ di Bandung, Hotel Padma di Kota Semarang, Central Market di Jakarta.
Hasilnya menunjukkan bahwa setiap bangunan memiliki kebutuhan dan pendekatan estetika yang berbeda, yaitu: