jateng.jpnn.com, SEMARANG - Gelombang protes datang dari jantung gerakan mahasiswa. Lima belas BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dari wilayah Jawa Tengah dan DIY menyatakan mosi tidak percaya terhadap proses dan hasil Musyawarah Nasional (Munas) BEM SI Kerakyatan ke-18 yang baru saja digelar.
Dalam surat terbuka yang dirilis pada Minggu (28/7), mereka menilai forum mahasiswa terbesar itu telah kehilangan arah, bahkan dinodai oleh praktik kekerasan, pelanggaran etika musyawarah, dan indikasi campur tangan politik dari aktor eksternal.
“Apa yang terjadi dalam forum tersebut tidak bisa kami diamkan. Kekerasan dalam bentuk apa pun telah terjadi, dan itu adalah pengkhianatan terhadap nilai-nilai kolektif gerakan mahasiswa,” tegas perwakilan BEM Universitas Katolik Soegijapranata Ariendra Wirya Prananda melalui keterangan resmi yang diterima JPNN, Selasa (29/7).
Mereka menyebut kekerasan bukan hanya terjadi secara fisik, tetapi juga dalam bentuk tekanan psikis dan simbolik yang melemahkan partisipasi bebas delegasi kampus. Lebih jauh, kelompok ini mencium adanya permainan kuasa yang sarat kepentingan.
“Gerakan mahasiswa bukan kendaraan politik kekuasaan. Kami menolak segala kedekatan dengan aktor-aktor elite yang mencoba menyusupkan agenda mereka ke dalam tubuh BEM SI,” tambahnya.
Dalam pernyataannya, 15 BEM ini mendesak Koordinator Pusat BEM SI Kerakyatan untuk evaluasi internal, hingga pemberian sanksi tegas kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kekerasan dan pelanggaran norma organisasi.
Daftar BEM yang menandatangani surat pernyataan sikap:
1. Universitas Katolik Soegijapranata