jabar.jpnn.com, KOTA BANDUNG - Sejumlah pakar asal Institut Teknologi Bandung (ITB) membuka ruang diskusi dan edukasi publik mengenai ancaman geologis Sesar Lembang.
Patahan aktif sepanjang 29 kilometer di utama kota Bandung ini menyimpan potensi gempa besar hingga 7 SR.
Ancaman ini berpotensi melumpuhkan infrastruktur dan kehidupan sosial-ekonomi wilayah Cekungan Bandung.
Diskusi yang digelar oleh forum Sesar Lembang Circle ini menghadirkan alumni ITB lintas angkatan, komunitas, akademisi, hingga warga.
Dalam sesi khusus, para pembicara yang terdiri dari Co-founder Labtek Indie Seterhen Akbar, Pegiat Narasi Visual dan Ruang Kreatif Adi Panuntun, Peneliti Kota dan Wilayah Zahra Khairunnisa, dan Agung Aswamedha selaku Calon Ketua Ikatan Alumni ITB, mengeksplorasi pendekatan berbasis komunitas.
Komunitas itu seperti kearifan lokal Smong di Aceh sebagai inspirasi membangun budaya kesiapsiagaan yang membumi dan partisipatif.
Seterhen Akbar mengingatkan, membangun kultur sadar risiko sejak dini jauh lebih penting ketimbang sekadar simulasi tahunan.
"Mitigasi bencana bukan cuma soal simulasi dan sirene. Ini soal membangun kultur sadar risiko sejak kecil, sejak sekarang. Kalau kita bisa buat Bandung jadi kota musik, kenapa tidak bisa jadi kota sadar bencana?," kata Seterhen, dalam keterangannya, Selasa (15/7).