jpnn.com - Pemerhati Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) sekaligus aktivis toleransi, Ferdi Marbun, menyerukan agar sejumlah tokoh politik nasional, seperti Luhut Binsar Pandjaitan, Efendi Simbolon, dan Maruar Sirait tidak lagi mencampuri urusan internal gereja HKBP.
Dia menilai, campur tangan para politisi tersebut berpotensi mencederai kemandirian dan kesucian lembaga gereja.
“HKBP harus berdiri di atas kemandirian rohani, bukan di bawah bayang-bayang elite politik. Kami menolak keras segala bentuk intervensi yang menjadikan gereja sebagai alat politik atau propaganda,” tegas Ferdi Marbun di Jakarta, Senin (3/11).
Ferdi menyoroti kedekatan beberapa tokoh politik dengan pimpinan HKBP, khususnya Ephorus Pdt. Dr. Viktor Tinambunan, yang dinilai menimbulkan persepsi publik bahwa gereja kini dijadikan alat legitimasi politik.
Dia juga menilai pertemuan Ephorus Viktor dengan Komisi DPR RI dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) beberapa waktu lalu telah menyeret arah pelayanan gereja ke ranah politik.
“Luhut sebaiknya fokus mengurus ekonomi bangsa, bukan semua hal mau diatur, termasuk urusan gereja. Biarkan HKBP berdiri independen, jangan dijadikan instrumen kekuasaan,” ujarnya menegaskan.
Ferdi juga menyinggung Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruar Sirait, serta Ketua Yayasan Universitas HKBP Nommensen, Efendi Simbolon. Ia menilai keduanya terlalu jauh mencampuri dinamika internal HKBP.
Ferdi menduga posisi Efendi di kampus Nommensen dimanfaatkan untuk menggiring mahasiswa ke arah isu politik tertentu seperti gerakan “Tutup PT Toba Pulp Lestari (TPL)”.


 


















































