jpnn.com - Kemajuan teknologi ditandai dengan penggunaan AI tidak akan menggeser kedudukan agen asuransi. Menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu, perusahaan asuransi masih membutuhkan agen.
Tercatat hingga saat ini jumlah agen asuransi di Indonesia hanya 250 ribu orang. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 300 juta orang.
"Saya pernah bilang kalau agen itu akan hilang dengan adanya AI. Namun, dengan melihat data yang ada, saya tarik kembali pernyataan saya, karena ternyata perusahaan asuransi sangat membutuhkan agen," kata Togar Pasaribu dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/6).
Memang, kata dia, butuh perjuangan besar untuk meyakinkan Gen Z untuk masuk di dunia asuransi. Gen Z harus tahu menjadi agen asuransi cukup menjanjikan tidak sekadar untuk makan seharian.
Dia menyebutkan, salah satu wadah bagi para tenaga pemasar untuk mengembangkan kapasitasnya sebagai perencana keuangan berskala internasional adalah MDRT.
"MDRT adalah perkumpulan agen-agen asuransi profesional yang telah berhasil membukukan pencapaian luar biasa dalam hal produktivitas, terutama dalam perolehan premi," ujarnya.
Berdasarkan kinerja 56 perusahaan asuransi jiwa periode Januari hingga Maret 2025, industri berhasil membukukan pendapatan premi sebesar Rp 47,45 triliun, tumbuh 3,2% secara tahunan.
Capaian ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perlindungan jiwa terus menguat, sebuah tren positif yang tidak lepas dari kontribusi tenaga pemasar yang profesional dan beretika.