jpnn.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa perang Iran-Israel dapat berdampak signifikan pada harga minyak dunia.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik antara Israel dan Iran serta potensi penutupan Selat Hormuz, menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia.
"Dalam konteks minyak, ketika Selat Hormuz ditutup ini akan berdampak kenaikan harga minyak dunia,” ujar Bahlil dikutip, Rabu (25/6).
Bahlil menjelaskan jika Selat Hormuz sampai ditutup, harga minyak dunia berpotensi melonjak di atas asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yakni USD 82 per barel, meskipun harga saat ini masih terkendali yaitu di bawah USD 80 per barel.
Menurut dia, untuk menghadapi potensi kenaikan harga minyak global pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, salah satunya meningkatkan produksi minyak domestik (lifting).
Bahlil mengakui bahwa lifting minyak mentah Indonesia cenderung menurun sejak 2008, tetapi pemerintah bertekad untuk membalikkan tren ini.
"Perintah Pak Presiden Prabowo kepada kami itu adalah bagaimana caranya mengoptimalkan kenaikan lifting. Sumur itu ada hampir kurang lebih hampir sekitar 40 ribu sumur. Dari jumlah itu ada 16-17 ribu yang produktif dan lainnya belum. Ada yang idle well dan macam-macam," tegas pria kelahiran Banda, Maluku Tengah ini.
Sumur idle well, dalam konteks industri migas, adalah sumur yang sebelumnya aktif berproduksi tetapi saat ini tidak lagi digunakan atau dihentikan operasinya untuk sementara waktu. Sumur ini bisa jadi masih memiliki potensi untuk diproduksikan kembali, atau telah dihentikan karena berbagai alasan seperti masalah teknis, ekonomi, atau perubahan strategi perusahaan.