jatim.jpnn.com, SURABAYA - Upaya menghapus praktik bullying di lingkungan sekolah kini memasuki babak baru.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak lagi hanya mengandalkan sosialisasi, tetapi mulai membangun sistem pertahanan dari dalam, yakni membekali para siswa terpilih sebagai agen anti-perundungan di sekolah masing-masing.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya Yusuf Masruh menyebut langkah ini sebagai strategi memperkuat empati dan pengawasan sejak dini.
Menurutnya, sekolah tidak akan benar-benar aman tanpa dukungan siswa sebagai 'mata pertama' yang mengetahui dinamika pergaulan teman-temannya.
“Setelah UTS dan menjelang liburan, kami akan mengumpulkan perwakilan siswa dari OSIS, Orpes hingga tim pemantau. Mereka akan kami latih secara khusus,” kata Yusuf, Jumat (14/11).
Yusuf menjelaskan ratusan pelajar yang terpilih tidak sekadar mengikuti pengarahan singkat. Mereka akan menjalani pembekalan intensif, mulai dari literasi digital yang sehat, penguatan toleransi, gotong royong, hingga pemahaman mengenai 10 prinsip hak anak.
“Dengan bekal tersebut, mereka diharapkan mampu menjadi fasilitator yang aktif mendeteksi dan mencegah praktik perundungan di sekolah,” katanya.
Yusuf menyatakan enanganan bullying tidak bisa hanya bertumpu pada guru Bimbingan Konseling (BK). Seluruh guru, tanpa terkecuali, harus memiliki sensitivitas terhadap perubahan psikologis siswa.



















































