jabar.jpnn.com, KABUPATEN BEKASI - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak mengancam populasi sapi potong di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat bahkan dapat berpengaruh terhadap kenaikan signifikan harga daging sapi apabila tidak segera ditangani.
Peternak sapi di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Budiyono mengaku kesulitan mendapatkan pasokan setelah wabah PMK mulai merebak. Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur kini masuk zona merah lalu lintas hewan ternak padahal kedua provinsi itu merupakan pemasok terbesar.
"Dampak PMK besar sekali karena sapi luar tidak bisa masuk terutama dari zona merah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Padahal suplai paling banyak justru dari dua provinsi itu. Sapi di Jabodetabek kebanyakan dari sana," katanya.
Ia mengatakan sejak awal wabah PMK, harga sapi potong sempat turun akibat banyak pembeli mengurungkan niat karena khawatir terkena dampak penyakit tersebut.
Namun, lanjut dia, apabila penanganan terhadap wabah PMK tidak kunjung menunjukkan hasil positif, harga daging sapi justru akan berbalik naik dalam beberapa waktu ke depan karena berkaitan dengan gangguan suplai.
"Sekarang harga turun karena orang tidak mau beli, tapi saya yakin akan naik setelah dua bulan penyakit PMK ini. Karena kalau suplai dari Jawa Tengah dan Jawa Timur berkurang, otomatis harga sapi mahal," katanya.
Dirinya berharap pemerintah dapat segera menangani persoalan ini terlebih dalam waktu dekat menghadapi momentum besar yakni awal bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri dengan kecenderungan permintaan tinggi konsumen.
"Kalau kondisi seperti ini terus, harga daging naik, peternak sulit mendapatkan sapi karena suplai berkurang. Bukan hanya di Jawa, tapi di Lampung juga kini terdampak PMK. Khawatir jangka panjang untuk kebutuhan Idul Adha dan Idul Fitri terganggu. Ini kami harus memang memutar otak agar peternakan bisa survive," katanya.