jpnn.com, NABIRE - Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) dan PT Robert Bosch (Bosch Indonesia) mengusung keberlanjutan dan perluasan kerja sama strategis di Nabire, Papua Tengah.
Program terbaru bertema "Menanam Kebaikan, Menuai Senyum Generasi Muda Nabire" berfokus pada pengembangan usaha pertanian dan peternakan lokal sebagai upaya nyata untuk memastikan pemenuhan gizi anak-anak sekaligus mendorong kemandirian ekonomi masyarakat.
Inisiatif ini hadir sebagai jawaban atas tantangan krusial gizi di Papua Tengah yang menurut data BPS tahun 2024, mencatat prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan tertinggi sebesar 37,69 persen. Kondisi ini menjadi fokus utama YTBN dan Bosch Indonesia. Kedua pihak meyakini bahwa pemenuhan gizi yang stabil adalah fondasi bagi pertumbuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Dari kebutuhan pokok ke kemandirian ekonomi, program kemandirian pangan merupakan evolusi dari kemitraan yang telah terjalin sejak 2018, di mana Bosch Indonesia telah menyalurkan bantuan vital senilai Rp 1,4 miliar untuk menyediakan asrama layak dan kebutuhan pokok bagi siswa SD dan SMP di Desa Yaro Makmur. Kini, fokus bergeser dari pemenuhan “kebutuhan” menjadi pembangunan “kapasitas”.
Untuk mendukung langkah strategis tadi, Bosch Indonesia menyalurkan donasi lanjutan senilai Rp 144 juta untuk pengembangan infrastruktur ketahanan pangan yang mencakup pembangunan lahan siap tanam, kandang ternak, pengadaan bibit, dan pendampingan intensif selama setahun.
Dewan Pembina YTBN, Frisca Angelina, menekankan pentingnya sinergi seperti ini. Frisca menjelaskan, kolaborasi dengan Bosch Indonesia telah terbangun selama tujuh tahun. Menurutnya, sejak awal kerja sama hingga saat ini, pihaknya memastikan seluruh kegiatan berjalan lancar dan memberikan manfaat yang tidak hanya instan, tetapi juga berkelanjutan.
“Menanam Kebaikan melalui dana usaha tani dan ternak ini adalah langkah kami untuk memastikan anak-anak Nabire ‘Menuai Senyum; menuju masa depan yang mandiri,” ungkap Frisca.
Program pengembangan infrastruktur pangan dirancang untuk menjangkau 75 anak di Asrama Yaro agar memperoleh asupan gizi yang dihasilkan secara mandiri oleh lingkungan sekolah. Lebih luas, program ini memberdayakan masyarakat lokal sekitar untuk mengelola lahan dan hasil panen, sehingga terbentuk ekosistem ekonomi yang mandiri dan berkesinambungan.