jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Fenomena pengibaran bendera Jolly Roger yang ada dalam serial anime One Piece menarik perhatian Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada.
Lembaga itu menganalisis percakapan dan sentimen yang berkembang di dunia digital sejak maraknya fenomena pengibaran bendera One Piece menjelang HUT ke-80 Republik Indonesia.
Peneliti CfDS Ayom Mratita Purbandani mengatakan mereka merekam lonjakan percakapan yang masif di berbagai platform digital dengan minimal 2,6 juta impresi terkait isu pengibaran bendera One Piece.
Besarnya perhatian publik bukan hanya soal estetika visual, tetapi karena munculnya polarisasi makna antara media massa arus utama dan warga di media sosial.
Di media massa, sentimen terhadap pengibaran bendera ini cenderung negatif atau netral dengan sorotan pada isu makar dan antinasionalisme.
Sebaliknya, warganet di media sosial melihat bendera tersebut sebagai bentuk kreativitas dan idiom budaya populer dalam menyampaikan pesan protes secara non-konvensional.
“Penggunaan idiom budaya populer seperti ini adalah hal yang jamak untuk mengartikulasikan protes,” ujar Ayom.
Fenomena pengibaran bendera One Piece, menurutu Ayom, mirip dengan penggunaan simbol global lainnya yang dipakai sebagai ikon protes, seperti simbol semangka untuk Palestina dan salam tiga jari di Thailand.