jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Gejala cemas dan depresi tidak boleh dianggap sepele karena dapat berdampak serius terhadap produktivitas kerja dan kualitas hidup seseorang.
Pakar kesehatan mental dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Nurul Kusuma Hidayati menyebut kondisi ini secara global diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari USD 1 triliun per tahun akibat penurunan kemampuan bekerja.
Manajer Center for Public Mental Health (CPMH) UGM itu mengungkapkan bahwa depresi dan kecemasan berdampak langsung pada produktivitas, baik melalui ketidakhadiran di tempat kerja maupun kehadiran tanpa bisa bekerja secara maksimal.
"Secara global, kondisi ini diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari USD 1 triliun per tahun serta menurunkan kualitas hidup dan relasi sosial masyarakat," ungkap Nurul, Rabu (24/9).
Penyebab Kompleks dan Risiko Jangka Panjang
Menurut Nurul, munculnya gejala depresi dan kecemasan dipengaruhi oleh berbagai faktor, tidak hanya faktor tunggal.
"Bisa mencakup tekanan psikologis, sosial, dan ekonomi, penyakit kronis, pekerjaan, serta keterbatasan akses layanan kesehatan psikologis," jelasnya.
Selain itu, stigma dan rendahnya literasi kesehatan mental di masyarakat membuat banyak kasus tidak terdeteksi dan tidak tertangani dengan baik.
Jika tidak ditangani, gejala cemas dan depresi dapat berkembang menjadi gangguan kronis yang berpotensi meningkatkan risiko lain, seperti penyalahgunaan zat, memburuknya kesehatan fisik, hingga tindakan bunuh diri.