jateng.jpnn.com, SEMARANG - Angka kasus HIV di Kota Semarang terus merangkak naik dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data resmi Pemkot Semarang, tercatat 601 kasus pada 2022, melonjak menjadi 689 kasus di 2023, dan kembali naik tipis ke 691 kasus pada 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang Abdul Hakam mengungkapkan bahwa tren peningkatan ini tidak sepenuhnya karena perilaku berisiko, melainkan juga karena sistem deteksi yang semakin masif dan mudah diakses masyarakat.
“Kami sudah punya 79 titik layanan tes HIV. Mulai dari puskesmas, rumah sakit, hingga klinik PKBI. Semakin banyak yang dites, tentu akan makin banyak pula kasus yang terdeteksi,” ujar Hakam, Selasa (22/7).
Yang cukup mengejutkan, kata Hakam, salah satu populasi kunci penyumbang kasus terbesar adalah LSL (laki-laki seks dengan laki-laki), kelompok yang tergolong berisiko tinggi.
“Sekarang akses tes juga makin mudah. Bahkan ada 21 puskesmas di Semarang yang buka malam hari khusus untuk layanan tes HIV dan pengobatan,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Pemkot Semarang juga menerjunkan layanan VCT mobile (Voluntary Counseling and Testing) ke titik-titik rawan penularan HIV. Tim dari DKK rutin menyambangi tempat karaoke, spa, panti pijat, hotel, hingga kos-kosan.
“Kami tidak sedang ‘memburu’ kasus, tetapi ingin agar deteksi dini bisa dilakukan, supaya mereka yang terinfeksi bisa langsung mendapat pengobatan,” tegas Hakam. (jpnn)