jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menyoroti kebijakan Kementerian ESDM yang mengakibatkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di SPBU swasta.
Menurut Fahmy, kebijakan yang diambil oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia secara tidak langsung menciptakan kelangkaan di SPBU swasta.
Bahlil mengubah aturan periode impor dari satu tahun menjadi enam bulan sehingga terjadi kelangkaan.
“Setelah krisis kelangkaan ini, Menteri ESDM Bahlil memaksa SPBU Swasta untuk membeli BBM dari Pertamina,” kata Fahmy, Selasa (23/9).
Dia menganggap bahwa Menteri ESDM tersebut menciptakan monopoli Pertamina dan hanya berkepentingan untuk memenuhi kecukupan volume impor BBM dari USA.
Menurut Fahmy, kondisi ini tidak hanya akan membuat potensi SPBU swasta bangkrut, tetapi juga menyebabkan pemutusan hubungan kerja dan iklim investasi yang buruk.
Apabila situasi ini terus terjadi, ia menilai bakal menghambat target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan presiden Prabowo Subianto.
Merespons polemik tentang kelangkaan BBM di SPBU swasta, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa harga bahan bakar di SPBU swasta seperti Vivo, Shell, BP, dan Exxon Mobil tetap stabil setelah adanya kesepakatan impor stok tambahan melalui Pertamina.