jatim.jpnn.com, BANYUWANGI - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah melakukan investigasi terkait tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Selasa (2/7) lalu pukul 23.15 WIB.
Hasilnya, saat KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam terdapat Kapal Bilimanuk 1 dan Tunu Pratama 3888 yang berlayar menuju titik lokasi tenggelamnya kapal.
Kedua kapal tersebut mencoba menyoroti lampu ke arah Tunu Pratama Jaya, tetapi mereka kesulitan mengenali objek terapung di air. Penyebabnya gelombang yang cukup tinggi.
"Beberapa kapal lain di dekatnya kesulitan untuk membantu evakuasi korban Tunu Pratama Jaya karena ombak cukup besar dan muatan juga mulai bergeser maka diputuskan Kembali ke dermaga," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, Selasa (22/7).
Sementara itu, penyebab tenggelamnya kapal diduga karena kelebihan muatan. Pasalnya, KMP Tunu Pratama Jaya memiliki kemampuan mengangkut beban 137,7 atau 138 ton, tetapi saat insiden terjadi kapal memuat 538 ton.
"Nah, menurut menurut stabilitas booklet, kapal itu kemampuan muatnya adalah 137,7 atau 138 ton, tetap total yang dimuat adalah 538 ton. Jadi, kurang lebih tiga kalinya," ujarnya.
Beban berat itulah yang membuat kapal akhirnya tenggelam. Sebab, kapal telah berada pada garis batas muat atau dalam istilahnya disebut 'pisang-pisang'.
"(Kelebihan muatan) dan ini yang menyebabkan garis muat tadi tenggelam. Karena memang sudah di luar dari kemampuan kapal tersebut," jelas dia.