jatim.jpnn.com, SURABAYA - Rendahnya partisipasi masyarakat menjadi tantangan memberantas penyalahgunaan narkoba pada anak dan perempuan.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala BNN Surabaya Kombes Heru Prasetyo dalam acara Dialog Bersama Jurnalis Bahas Kolaborasi Tangkal Penyalahgunaan Narkoba pada Anak dan Perempuan, Senin (25/8).
“Tantangan terbesar dalam pemberantasan narkoba justru masih terletak pada rendahnya partisipasi masyarakat,” kata Heru.
Di Surabaya sendiri, terdapat dua wilayah rawan peredaran narkoba yang melibatkan perempuan dan anak. Data tersebut berdasarkan hasio survey yang dilakukan stakeholder terkait.
“Hasilnya di tahun 2025 ini yang rawan itu dua, Kelurahan Balongsari Kecamatan Tandes dan Kelurahan Benowo. Statusnya rawan, selebihnya siaga dan aman. Surabaya tidak ada yang merah atau bahaya,” jelasnya.
Maka dari itu, untuk mencegah kasus pentingnya kolaborasi tingkat sektor. Salah satunya melalui program Kampung Ramah Perempuan dan Anak (KAS-RPA).
Kepala Bidang Pengarusutamaan Gender dan Hak Anak (PUG-PHA) DP3A Surabaya Relita Wulandari menjelaskan KAS RPA bisa berupa kampung baca, kampung kreatif, kampung asuh untuk menekan angka perkawinan anak, hingga kampung sehat yang bebas narkoba.
“Kami juga rutin menggelar sosialisasi dinamika remaja, menggandeng psikolog dan BNN. Tahun ini targetnya 300 sekolah,” ungkap Relita.