jpnn.com, JAKARTA - Bea Cukai mencatatkan kinerja positif dalam penerimaan dan pengawasan di tengah kondisi geopolitik yang meruncing di wilayah timur tengah dan perdagangan global menimbulkan risiko inflasi tinggi dan mengancam ekonomi global.
Hal itu disampaikan Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo.
Budi menyampaikan penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Mei 2025 mencapai Rp 122,9 triliun (40,7 persen dari target APBN) atau tumbuh sebesar 12,6 persen (yoy) yang didorong oleh penerimaan bea keluar dan cukai.
“Pengawasan Bea Cukai menunjukkan kinerja positif terutama dalam efektifitas penindakan sebagai bentuk upaya untuk melindungi masyarakat dan mengamankan perekonomian nasional dari barang ilegal dan penyelundupan,” kata Budi.
Budi menyebut Bea Cukai telah melakukan 12.582 penindakan kepabeanan dan cukai hingga Mei 2025 yang menghasilkan perkiraan nilai tangkapan sebesar Rp 6,9 triliun atau tumbuh 146,1 persen (yoy).
Sementara itu, penindakan narkotika, psikotropika, dan prekursor (NPP) bersama aparat penegak hukum (APH) mencapai 679 penindakan dengan barang bukti mencapai 6,5 ton atau tumbuh 176,8 persen (yoy).
Budi mengungkapkan kegiatan ekonomi di kawasan berfasilitas juga masih tumbuh dengan insentif kepabeanan hingga Mei 2025 mencapai Rp 16,8 triliun atau tumbuh 21,3 persen (yoy).
Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan insentif untuk fasilitas bea masuk kawasan berikat, kawasan ekonomi khusus, dan pertahanan keamanan.