jpnn.com, JAKARTA - Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Mental Remaja Indonesia tahun 2024, ditemukan bahwa sebanyak 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental. Hal itu setara dengan sekitar 34,9% dari total jumlah remaja di Indonesia.
Senada, Riskesdas 2023 juga menunjukkan sekitar 2?% penduduk usia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan skizofrenia. Data ini menempatkan Indonesia pada risiko masyarakat rapuh secara mental, terutama di kalangan Gen Z.
“Kalian sekarang jauh lebih terpapar informasi dari berbagai sumber. Resiliensi kalian harus lebih kuat dari generasi kami dulu, jangan biarkan emosi kalian melebihi akal sehat,” ujar Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan, dalam Tanoto Scholars Gathering (TSG) 2025, dikutip Jumat (1/8).
Beberapa faktor yang menjadi penyebab kondisi tersebut antara lain, tekanan akademik, paparan media sosial, dan ekspektasi sosial yang tinggi. Ditambah lagi, generasi muda hari ini tumbuh dalam lanskap digital yang begitu cepat dan tak selalu ramah.
Namun, Veronica meyakini, generasi muda saat ini memiliki kapasitas luar biasa untuk beradaptasi dan berkembang, asalkan mereka mampu menjaga keseimbangan antara logika dan nurani. Mereka juga harus mampu menyeleksi informasi dan konten dikonsumsi setiap hari.
Generasi muda dalam hal ini diminta untuk tidak mudah mengikuti arus konten viral yang tidak mendidik. Mereka harus memperkaya diri dengan bacaan bermutu, refleksi moral, dan dialog yang berlandaskan nilai.
“Kalau mau jadi champion of good, carilah bacaan yang berkualitas. Keseimbangan antara emosi dan akal budi itu penting. Jangan sampai kehilangan akal hanya karena emosi sesaat,” tuturnya.
Selain penguatan nilai individual, Veronica juga menekankan pentingnya komunitas dan dukungan sosial dalam membentuk karakter dan semangat perubahan. Dalam pandangannya, seseorang tidak bisa menjadi agen perubahan sendirian.

















































