jpnn.com, JAKARTA - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Stj Budi Santoso menilai keputusan pemerintah untuk mencabut empat Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel di kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya sudah tepat.
Presiden Direktur PT. Geofix Indonesia itu menyebut pemerintah telah mempertimbangkan berbagai macam hal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Bukan sekadar menuruti desakan pihak tertentu, karena menyangkut kepastian berusaha di sektor pertambangan," kata Budi dikutip, Kamis (12/6).
Budi menjelaskan kawasan wisata utama Raja Ampat memang tersusun dari batu gamping 'Formasi Waigeo' yang mengalami pengangkatan dari dasar laut dan selanjutnya mengalami proses kartisifikasi membentuk gugusan pulau-pulau yang indah.
Namun, dia mengaku belum ada data yang mengonfirmasi apakah di bawah endapan batu gamping tersebut tersusun oleh komplek batuan ultramafik yang berpotensi menjadi batuan asal pembentuk endapan nikel laterit.
"Secara geologis, potensi endapan nikel laterit justru berkembang berada di area lokasi IUP-IUP yang sedang berkegiatan dan beberapa area di sekitarnya," ujar Budi.
Oleh sebab itu, Budi menegaskan pentingnya pendekatan berbasis data ilmiah dalam mengelola pertambangan nikel di kawasan tersebut.
Selain itu, perusahaan juga diminta untuk lebih transparan dalam menyampaikan kepatuhannya terhadap berbagai regulasi yang ada, bahkan sesuai dengan standar tata kelola internasional yang berlaku.
Budi menekankan pengelolaan sumber daya mineral yang terkadang bisa beririsan dengan kawasan wisata atau pun kawasan dengan peruntukan lain tertentu sangat memerlukan keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial dengan mengimplementasikan secara konsisten praktik-praktik pertambangan yang baik (good mining practices) dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola serta keberlanjutan.
"Dengan pendekatan ilmiah yang tepat dan dialog yang konstruktif, dapat ditenemukan titik temu yang menguntungkan semua pihak, sehingga pengelolaan sumber daya alam di kawasan ini berkelanjutan,” pungkas pakar geologi dengan pengalaman 29 tahun di bidang pertambangan ini.