jpnn.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, program penggunaan bahan bakar solar dengan campuran 50 persen bahan nabati, atau Biodiesel B50 mulai dijalankan pada semester II tahun 2026.
Bahlil menjelaskan Presiden RI Prabowo Subianto, dalam rapat terbatas, ingin mempercepat implementasi dari saat ini B40 menjadi B50. Saat ini, uji coba mandatori B50 masih dilakukan.
"B50 ini sekarang lagi diujicobakan. Insyaallah Di semester kedua akan diimplementasikan, dan kalau ini sudah dilakukan maka impor BBM khususnya solar tidak perlu dilakukan," kata Bahlil dikutip Minggu (26/10).
Bahlil menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih harus impor solar sekitar 4,9-5 juta ton per tahun.
Namun jika B50 diimplementasikan, ia meyakini impor bahan bakar khususnya solar dapat ditekan, karena produksi BBM sudah tercukupi dengan bioetanol.
"Kalau (B50) ini sudah dilakukan, maka Impor BBM khususnya solar tidak lagi dilakukan karena sudah memenuhi semua antara produksi dalam negeri dicampur dengan bioetanol sudah bisa dicukupi," kata Bahlil.
Adapun Kementerian ESDM mencatat pemanfaatan biodiesel selama periode 2020-2025 telah menghemat devisa hingga 40,71 miliar dolar AS.
Dengan penerapan B50 pada 2026, potensi penghematan tambahan diproyeksikan mencapai 10,84 miliar dolar AS hanya dalam satu tahun.






















































