bali.jpnn.com, JEMBRANA - Curhatan delapan kepala keluarga (KK) di Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, di media sosial yang terpaksa hidupnya bergantung dengan jembatan bambu untuk akses keluar masuk pemukiman akhirnya didengar Pemkab Jembrana.
Mereka selama ini mengandalkan jembatan bambu hasil swadaya sebagai jalur utama menuju pemukiman.
Mereka pun berharap ada pembangunan jembatan yang permanen.
Plt Camat Jembrana Tri Karyna Ambaradadi bersama perangkat kelurahan turun langsung melakukan mediasi agar delapan KK mendapat akses jalan yang lebih layak.
Namun, berdasar temuan di lapangan, pembangunan jembatan permanen membutuhkan anggaran cukup besar dan belum bisa diprioritaskan mengingat pengguna jalur hanya delapan KK.
“Kalau dipaksakan membangun jembatan permanen, tentu tidak efektif karena biayanya tinggi.
Pemerintah di satu sisi harus menyesuaikan dengan keterbatasan anggaran,” ujar Plt Camat Jembrana Tri Karyna Ambaradadi dilansir dari laman Pemkab Jembrana.
Plt Camat Jembrana kemudian melakukan proses mediasi yang melibatkan delapan KK dan keluarga penyanding.



















































