jpnn.com, JAKARTA - Ensign InfoSecurity merilis Laporan Lanskap Ancaman Siber (Cyber Threat Landscape Report) 2025 yang mengungkap, terjadi peningkatan gerakan ekonomi siber bawah tanah.
Terjadi juga peningkatan faktor kerentanan dalam rantai pasok sistem keamanan siber pada berbagai sektor industri di kawasan Asia Pasifik sepanjang tahun 2024.
Khusus untuk Indonesia, laporan tersebut menyoroti bagaimana kelompok hacktivist berevolusi, baik dari segi skala maupun kemampuan, yang dipicu oleh meningkatnya kolaborasi antarpelaku di gerakan ekonomi siber bawah tanah.
Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana para pelaku serangan siber mulai berkomplot bersama kelompok hacktivist dan pelaku kejahatan terorganisir, guna meningkatkan kemampuan mereka dalam mendanani kampanye serangan siber yang berbasis ideologi.
Laporan itu memberikan gambaran komprehensif tentang lanskap ancaman siber yang terus berkembang, termasuk temuan tentang bentuk kolaborasi antara para pelaku ancaman siber.
Head of Consulting, PT Ensign InfoSecurity Indonesia, Adithya Nugraputra mengatakan, perubahan bentuk gerakan hacktivisme menandai pergeseran serangan siber yang awalnya murni didorong oleh idelogi, menjadi sebuah kejahatan yang termotivasi oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.
"Gerakan siber bawah tanah kini semakin memicu adanya persaingan sekaligus kolaborasi antar pelaku, sehingga meningkatkan efektivitas serta tingkat keberhasilan serangan mereka," Adithya Nugraputra kepada awak media, baru baru ini.
"Kelompok-kelompok gabungan ini, ditambah dengan meluasnya tingkat kerentanan dalam rantai pasok sistem keamanan siber, menjadikan para pelaku kejahatan siber, seperti hacktivist, menjadi lebih kuat, gigih, dan sulit untuk dilumpuhkan," sambungnya.