jpnn.com - "Menkeu Sri Mulyani harus menonton video ini tiga kali". Itu komentar netizen sambil memosting video KDM -Kang Dedi Mulyadi, gubernur Jabar.
Mungkin Sri Mulyani sudah melihatnya lima kali. Tetapi bisa jadi menkeu terlama Indonesia itu menganggap video KDM dimaksud tidak masuk akal. Setidaknya tidak pas untuk diterapkan di level mengurus negara.
Namun, jalan pikiran rakyat pada umumnya sangat cocok dengan apa yang dikatakan KDM: mengurus negara itu tidak ubahnya dengan mengurus rumah tangga. Skalanya saja yang sangat besar.
Betapa memikat kata-kata KDM bagi rakyat banyak: "Pemimpin jangan hanya berpikir tentang pendapatan," kata KDM.
"Kalau pemimpin di pikirannya hanya bagaimana meningkatkan pendapatan pada akhirnya hanya akan menaikkan pajak," katanya.
"Itu hanya menyusahkan rakyat," tambahnya.
Mungkin ucapan KDM itu bukan untuk Sri Mulyani. Rasanya lebih kepada para bupati. Terutama yang belakangan menaikkan pajak bumi dan bangunan. Seperti yang heboh besar di Pati (lihat Disway 15 Agustus 2025: Demo Sengkuni).
Padahal, ternyata Pati hanyalah "nasib sial". Masih banyak bupati dan wali kota lain yang menaikkan tarif PBB. Tetapi mereka bernasib baik. Diam-diam, "hub!", sudah naik. Tidak pakai menantang didemo besar-besaran.