jatim.jpnn.com, SURABAYA - Tidak ada yang mustahil jika seseorang tekun dan serius berusaha menggapai cita-citanya. Itulah yang dilakukan Mundakir, anak buruh serabutan asal Gendong Kulon Babat, Lamongan, yang kini menjabat Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) periode 2024-2028.
Mundakir bukan berasal dari keluarga mampu. Ayahnya, Tardji adalah buruh serabutan di sawah orang, sedangkan ibunya almarhumah Mundari seorang pedagang kecil di pasar dengan penghasilan yang pas-pasan.
Mundakir merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Meskipun ayahnya hanya lulusan SD, dia sangat menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.
Kesuksesan Mundakir saat ini merupakan hasil dari proses panjang yang dia jalani. Kakak perempuannya, Tarmining mengungkapkan bahwa Mundakir selalu memiliki kecintaan terhadap pengetahuan. Di tengah keterbatasan, dia kerap membaca buku apa saja yang ditemui.
“Dari kecil memang saya suka belajar. Dulu, sekolah harus jalan kaki dua kilometer karena tidak punya sepeda. Setelah sekolah, saya membantu ayah di sawah,” kata Mundakir.
Saat masih kecil, keluarganya sempat melakukan transmigrasi ke Sumatera dengan harapan ekonomi bisa lebih baik. Namun, hal tersebut hanya bertahan dua tahun karena keluarganya tidak betah dan akhirnya kembali ke Jawa.
Saat Mundakir masuk MTSN 1 Lamongan, ia bersama adik-adiknya harus masuk sekolah. Ayahnya pun terpaksa mencari pinjaman uang kepada orang lain, yang selalu dibayar tepat waktu. Setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah, Mundakir melanjutkan studi di SMA Muhammadiyah 1 Babat dan aktif di organisasi pelajar Muhammadiyah. Dia sering mewakili sekolah dalam lomba cerdas cermat agama dan memiliki cita-cita menjadi guru agama.
Setelah lulus SMA, Mundakir sempat berhenti dua tahun dan merantau ke Surabaya. Dia bekerja di proyek rel kereta api, pabrik kayu, dan salon sebagai tukang potong rambut. Sebagai anak dengan ekonomi pas-pasan, dia tidak menyangka bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi.