jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Yayasan Tifa, Oslan Purba menilai Indonesia tengah mengalami kemunduran dalam demokrasi.
Hal itu diungkapkan Oslan Purba dalam acara diskusi nasional “Pergerakan dan Ketahanan Masyarakat Sipil dalam Neo-otoritarianisme di Indonesia” yang merupakan peringatan 25 tahun Yayasan Tifa yang mengusung semangat #BersamaBerdaya.
“Kami melihat sistem yang saat Orde Baru berlangsung, tampaknya kembali. Kita sedang mengalami regresi demokrasi. Kita berada dalam titik balik. Kita gagal mempertahankan nyala api Reformasi,” kata ungkap Oslan dikutip, Kamis (4/12).
Oleh karena itu, Yayasan Tifa bersama masyarakat sipil akan terus bergerak bersama dan juga bekera keras untuk kembali menyalakan api reformasi.
Oslan menegaskan bahwa masyarakat sipil tidak boleh hanya bertahan; mereka harus menyusun ulang strategi.
“Karena ancaman hari ini tidak lagi datang dalam bentuk otoritarianisme kasar—melainkan operasi senyap yang menggerogoti kebebasan sedikit demi sedikit,” ucap Oslan.
Dia mengajak masyarakat harus menemukan kembali cara-cara baru untuk menggelorakan dan memperkuat ketahanan masyarakat sipil di tengah situasi neo-otoritarian.
“Yayasan Tifa lahir pada 1998 dari semangat reformasi. Namun, 25 tahun kemudian, demokrasi Indonesia tengah diserang secara senyap,” kata dia.









.jpeg)












































