jpnn.com, JAKARTA - AstraZeneca menandai lima tahun pelaksanaan Young Health Programme (YHP) di Indonesia sebagai bentuk komitmen berkelanjutan perusahaan dalam mendorong kesetaraan dan inklusivitas generasi muda Indonesia di bidang kesehatan.
Didukung oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dan Yayasan Lentera Anak, program ini berfokus pada upaya pencegahan penyakit melalui edukasi dan pemberdayaan generasi muda usia 10–24 tahun agar mampu mengambil keputusan kesehatan yang lebih tepat dan terinformasi, sekaligus menjadi penggerak advokasi kesehatan.
Melalui Young Health Programme (YHP), AstraZeneca mendorong generasi muda untuk berperan aktif dalam pencegahan penyakit tidak menular (PTM) seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan, sekaligus meningkatkan kesadaran akan dampak kesehatan dari perubahan iklim.
Program ini membekali kaum muda dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola kesehatan secara proaktif serta menciptakan lingkungan yang lebih mendukung kesehatan bersama.
“Young Health Programme (YHP) merupakan inisiatif holistik AstraZeneca yang menggabungkan pendekatan komunitas, riset, advokasi, serta pengembangan kepemimpinan generasi muda. Melalui YHP, kami membekali anak muda Indonesia dengan pengetahuan, ruang partisipasi, dan kepercayaan diri agar mampu berperan aktif dalam menjaga dan memperjuangkan kesehatan mereka,” ujar Esra Erkomay, Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia.
“Pilar-pilar YHP selaras dengan komitmen keberlanjutan AstraZeneca dalam mendorong kesetaraan kesehatan, memperkuat ketahanan sistem kesehatan, serta mendukung aksi iklim yang digerakkan oleh generasi muda. Kami percaya upaya ini berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih sehat sekaligus mendukung terwujudnya visi Generasi Emas Indonesia 2045,” tambahnya.
Menumbuhkan Kesadaran Kesehatan Melalui Literasi dan Partisipasi Aktif Sebagai kelompok yang mencakup sekitar seperempat populasi Indonesia, generasi muda usia 10–24 tahun memiliki peran penting dalam membentuk masa depan bangsa.
Namun, meski kerap dianggap sehat, kelompok ini masih sering kurang mendapat perhatian dalam agenda kesehatan, baik dari sisi akses informasi yang relevan maupun keterlibatan dalam pengambilan keputusan.






















































