jpnn.com, TAIPEI - Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Julius Ibrani menerima penghargaan Asia Democracy and Human Rights Award 2025 dari Taiwan Foundation for Democracy (TFD) di Taipei. Dalam pidato penerimaannya, Julius menyampaikan penghargaan ini merupakan pengakuan bagi seluruh korban pelanggaran HAM dan para pembela hak asasi manusia yang bekerja dalam senyap.
“Penghargaan ini sangat berarti bagi tahun-tahun advokasi HAM PBHI dan saya,” ujar Julius dalam pidatonya di hadapan Presiden Taiwan Lai Ching-te dan para tokoh HAM Asia.
Ia menyatakan penghargaan tersebut dedikasikan kepada para korban yang tetap berani memperjuangkan keadilan meski harus mempertaruhkan keselamatan.
Julius mengenang perjalanan panjangnya dalam advokasi HAM, termasuk keterlibatannya membela aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) dalam tragedi Kudatuli 1996 pada era Orde Baru. “Saya bertanya kepada ayah saya soal serangan militer ke kantor PDI dan mengapa PRD disalahkan. Jawabannya hanya, ‘Kamu akan tahu dan mengerti nanti’,” ucapnya.
“Dan benar, kemudian saya membela para pemimpin PRD untuk mencari keadilan.”
Ia juga mengingat perjuangannya mengadvokasi korban pelanggaran HAM di Timor Timur hingga lahirnya Komisi Kebenaran dan Persahabatan Indonesia–Timor Leste. “Diskusi kami waktu itu bahkan digerebek tentara,” katanya.
Menurut Julius, penghargaan ini terutama untuk para pembela HAM yang tidak pernah tampil di panggung.
“Pengumpul data yang bekerja dalam gelap, jurnalis yang menolak dibungkam, pengorganisir komunitas yang mengubah rasa takut menjadi keberanian kolektif, aktivis yang mengubah keterkejutan menjadi harapan, dan orang biasa yang menggunakan suara mereka agar didengar. Mereka adalah penerima sejati penghargaan ini," kata dia.









.jpeg)












































