Pameran hingga Simposium Sastra Warnai Festival Seni Multatuli di Rangkasbitung

2 hours ago 16

Yayasan Festival Seni Multatuli bersama Anggota DPR RI Komisi X Dapil Banten I Bonnie Triyana, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Lebak akan menggelar Festival Seni Multatuli (FSM) 2025. Foto: Source for jpnn

jpnn.com, RANGKASBITUNG - Yayasan Festival Seni Multatuli bersama Anggota DPR RI Komisi X Dapil Banten I Bonnie Triyana, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Lebak akan menggelar Festival Seni Multatuli (FSM) 2025. Event yang konsisten diadakan sejak 2018 ini akan berlangsung selama tiga hari, dari Jumat hingga Minggu, 19-21 September 2025, di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten.

Festival tahun ini mengusung tema “Orang-Orang Baru dari Banten” sebagai penegasan komitmen untuk merawat ingatan sejarah, membuka ruang bagi gagasan, dan memperluas partisipasi generasi muda dalam kerja-kerja kebudayaan. Rangkaian acaranya menghadirkan pameran UMKM, kolaborasi seni, musik, teater, film, simposium, hingga wisata kota.

Pada hari pertama, Jumat (19/9), festival akan dibuka dengan prosesi Ngarengkong, tradisi memanggul padi yang melibatkan 300 orang dari Kasepuhan Banten Kidul. Prosesi berlanjut ke panggung utama dengan pertunjukan Calung Renteng dan pembukaan resmi melalui Rajah Bubuka dan Kacapi Suling. Sejumlah tokoh akan memberikan sambutan, di antaranya Bonnie Triyana selaku Dewan Pembina Yayasan FSM dan Bupati Lebak Moch. Hasbi Asyidiki Jayabaya. Malam pembukaan akan dimeriahkan pembacaan puisi oleh Butet Kartaredjasa yang berkolaborasi dengan aktor muda Banten Irma Maulani, serta pertunjukan seni tradisi Koromong Baduy.

Hari kedua, Sabtu (20/9, dibuka dengan Simposium “Sastra Hindia Belanda dan Kita” di Aula Multatuli Setda Lebak. Sesi pertama menghadirkan Iksaka Banu, Dr. Sunu Wasono, M.Hum. (UI), Rhomadya Alfa Aimah, M.A. (UGM), dan Dr. Sastri Sunarti, M.Hum. (BRIN), dengan moderator Hamzah Muhammad Al Ghozi. Sesi kedua menampilkan Dr. Sudarmoko, M.A. (Unand), Anindita S. Thayf, dan Dr. Hawe Setiawan (Unpas) dengan moderator Mushab Abdu Asy Syahid (Untirta). Malam harinya, publik akan disuguhi pertunjukan musik Buhunna Sora, kolaborasi Once Mekel dengan paduan suara pelajar se-Rangkasbitung.

Hari ketiga, Minggu (21/9), menawarkan Telusur Jejak Multatuli, tur keliling kota untuk menapaktilasi sejarah, dan workshop daur ulang kertas Surat Sobek di area Patung Multatuli. Siang hari, diskusi “Orang-Orang Baru di Banten” di Pendopo Museum Multatuli akan menghadirkan Hendri Isnaeni (Historia.ID), Dhianita Kusuma Pertiwi, dan Mashuri, S.S., M.A. (BRIN) dengan moderator Wijaya Winarja. Acara dilanjutkan dengan Ceramah Budaya “Agama Urang Sunda” oleh Dr. Aditia Gunawan, M.A. (Perpusnas) sebelum malam penutupan dengan pementasan teater “Sekali Peristiwa di Banten Selatan” oleh Teater Gates dan pemutaran film dokumenter “Setelah Multatuli Pergi” karya Arjan Onderdenwinjgaard.

“Festival Seni Multatuli 2025 bukan sekadar ruang perayaan seni, tetapi juga wadah refleksi. Tema ‘Orang-Orang Baru di Banten’ mengajak publik untuk melihat sejarah, sastra, dan budaya dengan perspektif baru,” jelas pihak penyelenggara. Kehadiran festival ini diharapkan mampu memperkuat identitas budaya Banten, memperluas jejaring kebudayaan, dan meneguhkan Rangkasbitung sebagai kota sejarah dan kebudayaan.

Seluruh kegiatan berpusat di beberapa lokasi seperti Aula Multatuli Setda Lebak, Panggung Utama di Jl. Alun-Alun Timur, dan Museum Multatuli. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui akun media sosial @festivalmultatuli atau surel [email protected]. (tan/jpnn)


Festival tahun ini mengusung tema “Orang-Orang Baru dari Banten” sebagai penegasan komitmen untuk merawat ingatan sejarah.

Read Entire Article
| | | |