jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan temuan penting mengenai deteksi dini letusan gunung api.
Mereka berhasil mengidentifikasi bahwa kandungan potasium (kalium) dalam magma dapat menjadi indikator baru yang potensial dalam memprediksi terjadinya letusan besar, bahkan pembentukan kaldera.
Peneliti dari Fakultas Geografi UGM Indranova Suhendro mengatakan selama ini kandungan silika dianggap faktor utama penentu eksplosivitas letusan gunung api.
Namun, hasil riset timnya menemukan bahwa semua tipe gunung di Pulau Jawa—baik stratovolcano, compound, maupun kaldera—memiliki rentang silika hampir serupa.
Perbedaan utama justru terletak pada kandungan potasiumnya. Gunung-gunung dengan kaldera, seperti Raung, Ijen, Dieng, hingga Bromo, terbukti mengandung potasium lebih tinggi dibandingkan tipe stratovolcano maupun compound.
"Potasium bisa dijadikan indikator baru dalam pemantauan aktivitas vulkanik, terutama untuk menilai potensi terjadinya letusan besar yang memicu pembentukan kaldera," ujar Indranova, Rabu (23/7).
Indra mengatakan analisis dilakukan terhadap 40 gunung berapi di Pulau Jawa dengan pendekatan gabungan, yaitu Morfometri gunung (volume, rasio tinggi-panjang, dan lereng rata-rata), analisis citra satelit dan Model Elevasi Digital (DEM) resolusi tinggi dari NASA dan BIG, dan pendataan manual kerucut dan penghitungan indeks ketidakteraturan menggunakan aplikasi QGIS.
Penelitian ini mengungkap bahwa kadar potasium tinggi memungkinkan magma menyimpan lebih banyak gas terlarut pada tekanan tinggi.