jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah profesional public relations (PR) mendapatkan penghargaan dalam ajang Indonesia Public Relation Top Leader (IPRTL) 2025. Penghargaan tersebut merupakan apresiasi kepada para pemimpin komunikasi strategis atas kepemimpinannya di tengah arus transformasi digital dan kompleksitas komunikasi publik.
“Digitalisasi telah mendorong integrasi antara PR dan pemasaran, memperluas jangkauan komunikasi organisasi serta meningkatkan pentingnya pendekatan strategis, partisipatif, dan berbasis teknologi dalam membangun hubungan yang kredibel dengan publik,” kata CEO Warta Ekonomi, Muhammad Ihsan dalam siaran persnya, Selasa (10/6).
Hal itu juga disampaikan dalam sambutannya saat acara IPRTL 2025: Empowering Strategic Communication, Driving Engagement, Innovation, and Ethical Leadership. Menurutnya, lebih dari 79,5 persen masyarakat Indonesia terkoneksi internet pada era digital 4.0 saat ini.
Kondisi tersebut membuat lanskap komunikasi berubah secara drastis. Dengan demikian, fungsi Public Relations atau Hubungan Masyarakat (Humas) saat ini menuntut pendekatan strategis yang lebih partisipatif, transparan, serta adaptif terhadap perkembangan teknologi komunikasi.
Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi turut menyoroti tantangan yang dihadapi profesional PR di era digital saat menjadi pembicara kunci dalam acara tersebut. Menurutnya, batas antara dunia nyata dan maya semakin kabur karena jarang terjadi tatap muka tapi persepsi publik justru kerap dimenangkan di dunia maya dengan memanfaatkan teknologi.
"Teknologi informasi sudah mengubah cara kita berinteraksi, cara kita berbagi informasi sudah berubah. Termasuk juga cara perusahaan, cara organisasi, cara pemerintah dalam membangun dan memelihara reputasi ini sudah sangat berubah," katanya.
Sementara itu, Ajang IPRTL 2025 menyoroti tiga aspek utama penilaian, yakni Digital Engagement and Interaction. Yakni, bagaimana perusahaan membangun interaksi dua arah melalui media sosial dan kampanye digital.
Ditambah, aspek Ethical and Transparent Communication yang menunjukkan sejauh mana perusahaan menerapkan prinsip keterbukaan dan etika dalam komunikasi publik. Terakhir, ada Media Coverage Quality, yaitu penilaian tentang kualitas eksposur media terhadap perusahaan dari sisi sosial, ekonomi, pendidikan, dan lingkungan.
