jatim.jpnn.com, SURABAYA - Fenomena munculnya busa di laut Suramdu kembali menjadi perhatian publik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya Dedik Irianto menyatakan gejala tersebut umumnya berasal dari limbah cair domestik yang belum dikelola dengan baik.
Menurut Dedik, sisa air cucian rumah tangga, bilasan sabun mandi, hingga limbah laundry banyak yang langsung mengalir ke sungai tanpa proses pengolahan.“Jadi, kalau fenomena busa biasanya itu limbah cair domestik. Contoh hasil orang nyuci, mandi, air sabunnya itu langsung ke sungai,” kata Dedik, Kamis (4/12).
Dia menjelaskan busa muncul ketika air sungai yang mengandung zat sabun tersebut terkena tekanan pompa air, terutama yang dipasang di titik aliran menuju laut.
“Begitu pompa air dinyalakan dan kena tekanan, biasanya muncul busa. Itu dari limbah domestik rumah tangga,” jelasnya.
Terkait kemungkinan adanya limbah industri, Dedik memastikan tidak ada perusahaan di sepanjang lokasi yang sering terdampak fenomena busa. Meski begitu, DLH tetap akan melakukan pengecekan lapangan.
“Di sepanjang situ mana ada perusahaan, tetapi kami akan cek,” tuturnya.
Dedik menambahkan, fenomena busa lebih sering terjadi pada musim kemarau, terutama di wilayah Keputih dan Sukolilo. Minimnya debit air membuat kandungan sabun dari limbah domestik menjadi lebih pekat.



















































