jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI, Rokhmin Dahuri, mengkritik kesenjangan antara peningkatan produksi beras dengan kesejahteraan petani. Dia menyatakan pendapatan petani masih yang terendah dibanding rata-rata nasional.
"Pendapatan petani sampai saat ini masih terendah, sekitar Rp 2,4 juta per bulan, sedangkan rata-rata nasional Rp 2,7 juta," kata anggota Fraksi PDI-Perjuangan itu di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Senin (24/11).
Rokhmin menekankan bahwa tolak ukur kesejahteraan petani tidak cukup hanya berbasis Nilai Tukar Petani, tetapi harus mempertimbangkan pendapatan riil. Ia mengutip standar Bank Dunia untuk pendapatan layak.
"Yang dimaksud petani sejahtera menurut Bank Dunia itu kalau pendapatannya Rp 7,5 juta per bulan," jelas Guru Besar Kelautan dan Perikanan IPB University Bogor ini.
Karena itu, Rokhmin mendesak Kementerian Pertanian untuk memperkuat upaya peningkatan pendapatan petani. "Tolong terus upayakan agar kesejahteraan petani itu meningkat, bukan hanya berdasarkan NTP tetapi real income mereka," katanya.
Ia juga meminta pemerintah untuk tidak berhenti pada swasembada beras, tetapi memperluas komoditas lain. "Swasembada pangan jangan hanya beras, tetapi juga komoditas penting seperti jagung, gula, dan daging," beber dia.
Meski demikian, ia mengapresiasi capaian produksi beras nasional yang diproyeksikan mencapai 34 juta ton tahun ini.
"Fakta empiris di lapangan menunjukkan kita insya Allah mencapai swasembada beras tahun ini dengan produksi 34 sekian juta ton, sementara konsumsi hanya sekitar 31 juta ton," tandasnya.






















































