
KabarJakarta.com — Transformasi digital di sektor kesehatan Indonesia terus bergerak maju seiring komitmen pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk membangun sistem layanan yang terintegrasi, responsif, dan berbasis data. Salah satu terobosan utamanya adalah platform Satu Sehat, yang mengintegrasikan sistem informasi dari fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), laboratorium, hingga aplikasi layanan kesehatan ke dalam satu data nasional yang holistik.
Mendukung langkah ini, program Cek Kesehatan Gratis atau CKG menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang telah diluncurkan sejak Februari 2025. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (BGS) menyampaikan bahwa hingga kini, Kemenkes mencatat sebanyak 8,2 juta orang telah memanfaatkan layanan CKG, sementara total pendaftar telah mencapai 8,7 juta jiwa.
Menanggapi capaian tersebut, Doktor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, M. Arief Rosyid Hasan menyampaikan apresiasi dan masukan atas upaya pemerintah dalam memajukan digitalisasi sistem kesehatan nasional.
“Apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintahan Presiden Prabowo yang memberikan perhatian khusus bagi kesehatan masyarakat Indonesia, salah satunya melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG) ini. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah bagi sektor kesehatan, sampai lapisan terbawah,” ucap Dr. M. Arief Rosyid Hasan.
“Pembangunan sektor kesehatan dan teknologi tertuang dalam Asta Cita Bapak Prabowo dan Mas Gibran, dan alhamdulillah, hari ini kita saksikan bersama komitmen pemerintahan Pak Prabowo terhadap apa yang diniatkan dan dijanjikan kepada masyarakat luas. Tentu tidak serta merta semua urusan selesai dalam satu-dua tahun, perlu kerja keras dan kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan,” kata Arief melalui keterangan tertulisnya pada 16 Juni 2025.
“Bicara tentang teknologi dan kesehatan tidak akan lepas dari Satu Sehat. Kendati Satu Sehat bertujuan menjadi tulang punggung ekosistem kesehatan digital nasional dan mengonsolidasikan data rekam medis elektronik (RME), imunisasi, penyakit menular, hingga data pelayanan primer, sampai saat ini tata kelola dan penggunaannya masih belum optimal,” pungkasnya.
“Disrupsi teknologi memiliki peran bahkan krusial dalam percepatan layanan masyarakat, tidak terkecuali di sektor kesehatan. Inovasi dan teknologi medis merupakan elemen krusial dalam membangun sistem kesehatan nasional yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Arief yang menyelesaikan studi doktoralnya tahun 2023 lalu.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Menkes BGS dalam forum 2025 APAC Health and Life Science Summit di Jakarta awal Juni lalu. Pada kesempatan tersebut, Menteri BGS mengacu pada negara tetangga Malaysia dan mengacungi jempol untuk standar kualitas layanan kesehatan masyarakat di Negeri Jiran itu.
Arief melihat, untuk menuju ke arah tersebut, pemerintah tidak dapat bergerak sendiri. “Perlu kolaborasi private, public partnership (PPP) untuk optimalisasi layanan kesehatan masyarakat. Perlu gotong royong semua pihak, utamanya antara Pemerintah (Kemenkes, BPJS Kesehatan) dan pihak swasta,” tegasnya.
“Selain itu, tidak ada waktu yang lebih tepat untuk mendorong digitalisasi kesehatan, baik melalui Satu Sehat maupun inisiatif pemerintah lainnya, guna optimalisasi jangkauan program CKG. Saya pikir, ini saatnya. Insya Allah kita upayakan bersama agar program CKG ini seluas-luasnya, semakin banyak orang yang dapat menerima manfaat. Sebagai insan kesehatan maupun secara pribadi, mendukung penuh langkah-langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dari desa hingga ke kabupaten dan kota,” tutup Arief Rosyid.