jogja.jpnn.com, YOGYAKARTA - Di tengah meningkatnya kasus keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG), pakar pangan dan gizi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menekankan bahwa pencegahan harus dilakukan secara sistemik dari hulu ke hilir, dan tidak bisa dibebankan kepada siswa sebagai konsumen.
Setidaknya ada enam kunci utama yang harus diperhatikan untuk memastikan keamanan pangan dalam program ini.
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM Prof Sri Raharjo menegaskan bahwa siswa memiliki keterbatasan dalam mendeteksi makanan yang tidak aman.
Bakteri patogen yang menyebabkan sakit tidak selalu menunjukkan tanda-tanda pembusukan seperti bau atau rasa yang aneh.
"Persoalan pangan yang tidak aman itu tidak selalu dibersamai dengan tanda-tanda pembusukan," ungkap Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM ini, Jumat (3/10).
"Ketika siswa dihadapkan dengan masakan yang kelihatannya normal, maka tidak ada masalah untuk terus mengonsumsi," ujarnya, menjelaskan mengapa kasus keracunan seringkali bersifat massal.
Enam Kunci Mencegah Keracunan MBG
Untuk menanggulangi ancaman bahaya keracunan, Sri Raharjo mendesak adanya evaluasi menyeluruh dengan memperhatikan enam hal krusial berikut:
Pertama, audit kualitas bahan baku. Titik paling awal dan terpenting ada pada pengadaan bahan mentahnya, entah itu daging, ikan atau sayurannya. “Usahakan memang kondisinya bersih cemarannya dan belum tinggi," kata Sri.


















































