jatim.jpnn.com, SURABAYA - Pengamat pendidikan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Achmad Hidayatullah Ph.D menyoroti penyaluran televisi interaktif atau interactive flat panel (IFP) oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).
Menurutnya, keberhasilan program ini tidak bisa hanya dilihat sebagai distribusi teknologi, melainkan harus dibaca sebagai bagian dari pembangunan ekosistem pedagogis.
“Fungsi TV interaktif jangan hanya dipahami sebagai delivery of technology, tetapi harus bisa mendorong ekosistem pembelajaran yang baik,” ujar Hidayatullah, Kamis (18/9).
Dayat sapaan akrab Achmad Hidayatullah itu menekankan ada beberapa faktor penting yang menentukan efektivitas program tersebut.
Pertama, Kesiapan infrastruktur di daerah penerima, termasuk listrik. Kedua, kesiapan guru dalam menggunakan perangkat itu.
“Kalau guru tidak tahu cara menggunakannya, TV interaktif bisa men eh jadi sekadar barang mewah. Paling-paling dipakai untuk rapat, bukan pembelajaran,” kata dia.
Karena itu, Dayat mendorong adanya pelatihan, sosialisasi, dan panduan bagi guru agar perangkat benar-benar dipakai sesuai tujuan.
Menanggapi kekhawatiran publik program ini akan bernasib seperti distribusi Chromebook yang menuai kritik, Dayat menilai kuncinya ada pada kajian akademik yang melatarbelakangi program.