Tawuran Remaja di Pasar Rebo Dipicu Ajakan di Media Sosial

3 weeks ago 33
Ilustrasi Tawuran antar kelompok

KabarJakarta.com — Insiden tawuran yang terjadi di Jalan Raya Kampung Tengah, Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Senin (9/6) dini hari, menewaskan satu orang. Polisi mengungkap, aksi tersebut berawal dari perjanjian dua kelompok remaja melalui media sosial.

Kapolsek Pasar Rebo, AKP I Wayan Wijaya, membenarkan bahwa tawuran itu merupakan hasil kesepakatan di dunia maya. “Iya betul, jadi memang dua kelompok tersebut sudah janjian buat tawuran di media sosial,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (11/6).

Menurut Wayan, pola ajakan melalui medsos seperti saling ejek, tantangan, dan konten provokatif kerap menjadi pemicu utama tawuran di kawasan Pasar Rebo. “Memang sudah diniatkan dari awal. Mereka janjian untuk bertemu di lokasi tertentu dan tawuran,” katanya.

Tawuran pecah sekitar pukul 02.00 WIB dan melibatkan senjata tajam serta bom molotov. Korban tewas diketahui merupakan pelaku tawuran berusia 24 tahun, warga Kelurahan Gedong, Pasar Rebo. Jenazah korban sempat dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk autopsi sebelum akhirnya dimakamkan.

Merespons peristiwa ini, Pemerintah Kota Jakarta Timur bersama Forum Komunikasi Pimpinan Kota (Forkopimko) dan jajaran TNI-Polri memperketat pengawasan terhadap akun-akun media sosial yang terindikasi sering digunakan sebagai wadah komunikasi tawuran. Patroli rutin di titik-titik rawan seperti Pasar Rebo juga diperkuat.

“Kami lakukan pengawasan akun-akun tawuran di media sosial bekerja sama dengan unit siber. Patroli terus kami gencarkan di wilayah-wilayah rawan,” ungkap Wali Kota Jakarta Timur, Munjirin, Selasa (10/6).

Data dari Polres Metro Jakarta Timur menunjukkan tren tawuran di wilayah tersebut meningkat signifikan sepanjang 2024, dengan 35 kasus tercatat hanya dalam tiga bulan—tujuh kasus pada Juni, 12 pada Juli, dan 16 pada Agustus.

Wilayah rawan tawuran antara lain Duren Sawit, Cakung, Pasar Rebo, dan Jatinegara. Bahkan, seluruh kecamatan di Jakarta Timur tercatat pernah mengalami insiden tawuran, menjadikannya sebagai zona merah konflik antarremaja. Meski demikian, selama libur Lebaran 2025, kasus tawuran tercatat mengalami penurunan.

Peningkatan ini menyoroti pentingnya sinergi berbagai pihak—dari keluarga, sekolah, hingga penegak hukum—dalam membangun kesadaran kolektif untuk meredam budaya kekerasan di kalangan remaja dan mendorong pemanfaatan teknologi secara bijak.

Read Entire Article
| | | |