Taruna Ikrar: MoU BPOM–UNJ–Dewan Jamu, Hilirisasi Riset Jadi Senjata Indonesia Menguasai Pasar Global

2 hours ago 12

KabarJakarta.com- Indonesia kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi pemain utama di kancah kesehatan dan obat tradisional dunia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Dewan Jamu Indonesia resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) yang berfokus pada penguatan riset, hilirisasi, serta pengembangan jamu sebagai warisan budaya sekaligus komoditas strategis bangsa.

Kepala BPOM, Prof. Taruna Ikrar, menegaskan bahwa kerja sama ini adalah bukti nyata pentingnya sinergi lintas sektor.

Ia menyebut konsep ABG (Academia, Business, Government) sebagai kunci agar penelitian tidak berhenti di laboratorium, tetapi menjelma menjadi produk berdaya saing global.

“Hilirisasi adalah senjata kita. Inovasi kampus harus sampai ke industri, dunia usaha harus berani mengembangkan, dan BPOM siap mengawal agar semua produk aman, bermutu, dan berkhasiat. Inilah jalan bagi Indonesia untuk tidak sekadar jadi penonton, tetapi menjadi pemain utama di pasar global,” tegas Taruna.

Indonesia dianugerahi kekayaan biodiversitas dengan lebih dari 30 ribu jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk obat dan pangan.

Namun, dari 18 ribu jamu yang terdaftar di BPOM, baru 71 yang berstatus Obat Herbal Terstandar (OHT) dan 20 yang menjadi Fitofarmaka.

Fakta ini menjadi tantangan sekaligus peluang besar untuk didorong melalui riset dan hilirisasi.

Kerja sama BPOM–UNJ–Dewan Jamu diharapkan mampu menjawab kebutuhan tersebut.

Dari peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembinaan pelaku usaha, hingga literasi masyarakat mengenai jamu dan produk kesehatan – semua diarahkan agar manfaatnya langsung dirasakan.

Rangkaian MoU juga bersamaan dengan penyelenggaraan Seminar Nasional Jamu 2025 yang mengangkat tema “Jamu dalam Perspektif Ketahanan dan Kebangkitan Nasional: Spiritualitas, Budaya, Kesehatan, dan Industri Sosial-Kerakyatan Masa Depan.”

Tema ini mencerminkan keberpihakan pada pemanfaatan bahan alam lokal, sekaligus menguatkan pengakuan UNESCO atas jamu sebagai Warisan Budaya Takbenda.

“Jamu adalah jati diri bangsa. Kita tidak hanya ingin melestarikan, tapi juga menjadikannya produk yang membanggakan di pasar dunia. Dengan hilirisasi yang terarah, jamu bukan sekadar warisan, melainkan juga masa depan,” tambah Taruna.

Kolaborasi ini sekaligus mendukung visi Indonesia Emas 2045, khususnya dalam dua agenda besar: penguatan SDM dan hilirisasi industri berbasis riset.

Dengan sinergi yang erat antara kampus, regulator, pelaku usaha, dan masyarakat, Indonesia diyakini mampu berdiri sejajar dengan negara maju dalam memanfaatkan kekayaan alamnya.

Read Entire Article
| | | |