
KabarJakarta.com — Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nova Harivan Paloh, menyatakan dukungannya terhadap pengembangan ekspor ikan konsumsi dari wilayah ibu kota, khususnya melalui optimalisasi potensi di Pelabuhan Muara Angke. Ia menilai, pelabuhan tersebut memiliki kapasitas ekspor mencapai 40 ribu ton ikan per tahun—angka yang sangat signifikan dalam mendorong sektor ekonomi kelautan Jakarta.
“Potensi ekspor sebesar 40 ribu ton itu bukan jumlah yang kecil. Kita perlu memastikan apakah kegiatan budi daya ikan yang dilakukan sejauh ini telah berjalan secara maksimal atau masih terdapat kendala di lapangan,” ujar Nova, Senin (14/4).
Ia menegaskan perlunya intervensi pemerintah daerah melalui Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) guna mendukung kolaborasi antara nelayan dengan berbagai pemangku kepentingan. Tujuannya adalah menggenjot produktivitas sektor perikanan, khususnya melalui sistem budi daya yang berkelanjutan.
Nova juga menyampaikan rencana kunjungan langsung ke Pelabuhan Muara Angke guna melihat secara nyata dinamika ekspor hasil perikanan serta tantangan yang dihadapi nelayan di Jakarta. Selain itu, ia mengusulkan agar para nelayan diberikan pelatihan intensif yang mencakup teknik pemasaran modern hingga pengemasan produk perikanan agar memiliki nilai tambah di pasar ekspor.
“Dengan pelatihan seperti ini, nelayan kita tidak hanya pandai menangkap atau membudidayakan ikan, tapi juga mampu menjualnya dengan cara yang profesional dan kompetitif,” tuturnya.
Nova turut mendorong agar Dinas KPKP memperluas sinergi program dengan Jakpreneur program pemberdayaan ekonomi dari Pemprov DKI untuk mempermudah proses perizinan dan pengembangan usaha perikanan rakyat.
“Hasil budi daya bisa dipasarkan melalui Jakpreneur, yang sekaligus membantu dalam aspek legalitas dan perizinan usaha. Ini langkah penting agar nelayan bisa naik kelas,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menyampaikan bahwa pihaknya terus berupaya mengembangkan potensi budi daya ikan, terutama yang berasal dari wilayah pesisir dan Kepulauan Seribu.
Ia menjelaskan, saat ini fokus utama Dinas KPKP adalah melakukan transformasi keahlian nelayan dari metode penangkapan tradisional menuju sistem budi daya yang lebih berorientasi pada keberlanjutan.
“Pelatihan yang kami berikan mencakup pemeliharaan ikan sesuai tahapan pertumbuhannya, pengaturan waktu pemberian pakan, hingga pemantauan kondisi kesehatan ikan,” jelas Suharini.
Upaya ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam pengembangan industri perikanan Jakarta, tidak hanya sebagai sumber konsumsi domestik, tetapi juga sebagai komoditas unggulan ekspor yang kompetitif di pasar global.