
KabarJakarta.com — Kualitas udara Jakarta kembali menjadi sorotan. Pada Kamis pagi, ibu kota menempati peringkat ketiga kota dengan udara terburuk di dunia, menurut data dari situs pemantau kualitas udara IQAir. Indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) tercatat 154 pada pukul 05.49 WIB, yang dikategorikan sebagai “tidak sehat bagi kelompok sensitif”.
Kadar polusi PM2.5—partikel halus yang bisa menembus paru-paru hingga aliran darah—mencapai 60 mikrogram per meter kubik. Angka ini menunjukkan bahwa udara Jakarta pada pagi ini bisa berdampak buruk, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan penderita penyakit pernapasan.
Sebagai perbandingan, Kinshasa (Kongo) mencatatkan AQI tertinggi dengan angka 181, disusul oleh Delhi (India) dengan 160, dan kemudian Jakarta di posisi ketiga.
Skala Kualitas Udara
Menurut standar IQAir:
-
0–50: Baik – tidak berdampak pada manusia, hewan, atau lingkungan
-
51–100: Sedang – berpengaruh pada tumbuhan sensitif dan nilai estetika
-
101–150: Tidak sehat bagi kelompok sensitif
-
151–200: Tidak sehat
-
201–300: Sangat tidak sehat
-
301–500: Berbahaya – berisiko serius bagi kesehatan masyarakat umum
Dengan skor 154, Jakarta kini berada dalam level “tidak sehat”, yang menandakan potensi risiko kesehatan lebih tinggi jika tidak ada intervensi.
DLH Jakarta Targetkan Tambahan 1.000 Sensor
Menanggapi kondisi ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan komitmennya untuk meningkatkan sistem pemantauan kualitas udara. Kepala DLH Asep Kuswanto menyebut Jakarta kini memiliki 111 stasiun pemantau kualitas udara (SPKU), meningkat dari hanya 5 unit sebelumnya.
“Bangkok punya 1.000 SPKU, Paris 400. Kami ingin memperluas jangkauan dengan menambah 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah. Ini penting agar intervensi bisa dilakukan secara cepat dan akurat,” ujar Asep pada Selasa (18/3).
Ia juga menekankan pentingnya keterbukaan data sebagai dasar intervensi yang efektif. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini bukan hanya tindakan sesaat, tetapi juga langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa untuk menangani pencemaran udara di Jakarta.