Pemkot Jakarta Selatan Lakukan Penanganan Darurat Longsor di Bantaran Ciliwung Srengseng Sawah

1 week ago 17
Bantaran Ciliwung Srengseng Sawah

KabarJakarta.com — Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan mengambil langkah cepat dengan memasang pasak kayu atau dolken sebagai upaya darurat mengatasi longsor yang terjadi di tebing bantaran Sungai Ciliwung, tepatnya di Jalan H. Shibi, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa.

“Kami di tingkat wilayah langsung melakukan penanganan darurat, yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC),” ungkap Wali Kota Jakarta Selatan, Munjirin, Selasa (22/4).

Langkah cepat ini dilakukan menyusul kejadian tanah longsor yang mengancam kawasan permukiman. Penanganan sementara melibatkan petugas gabungan dari Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan serta Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Srengseng.

Penanganan darurat dilakukan dengan cara menutup area longsor menggunakan terpal plastik, diperkuat dengan pemasangan dolken guna menahan tebing agar tidak kembali tergerus, terutama saat hujan turun atau debit air sungai meningkat secara drastis.

“Perlindungan sementara ini sangat vital untuk menghindari meluasnya longsoran di area tersebut,” ujar Munjirin. Ia menegaskan bahwa informasi kejadian telah disampaikan kepada BBWSCC yang memiliki kewenangan penuh atas pengelolaan Sungai Ciliwung.

Kepala Suku Dinas SDA Jakarta Selatan, Santo, menambahkan bahwa satuan tugas gabungan dari tingkat kota hingga kecamatan telah dikerahkan untuk memasang dolken di lokasi rawan.

“Kondisi sekarang kita fokus dulu pada pemasangan dolken sebagai langkah pengamanan awal,” kata Santo.

Meski begitu, Pemkot Jakarta Selatan saat ini masih mengkaji solusi permanen untuk mengatasi persoalan longsor yang terus berulang. Pemerintah menyadari bahwa tindakan sementara tak cukup untuk menjamin keselamatan warga dalam jangka panjang.

Salah satu warga terdampak, Iskandar, menuturkan bahwa longsor telah lima kali melanda kediamannya sejak 2020. Retakan tanah yang awalnya muncul di badan jalan, lambat laun berkembang hingga menyebabkan banjir besar pada 2022, dan longsor pertama terjadi setelahnya.

“Sejak itu kami lapor, tapi yang dilakukan hanya pemasangan dolken. Belum ada turap atau beton permanen,” keluh Iskandar.

Pada awal 2025, banjir besar kembali menerjang, memaksa Iskandar dan keluarganya untuk mengungsi. Ia berharap pemerintah membangun turap atau konstruksi beton permanen untuk mencegah bencana serupa terulang.

“Kami butuh kepastian, bukan hanya penanganan darurat,” ujar Iskandar penuh harap.

Read Entire Article
| | | |