
KabarJakarta.com — Wali Kota Tangerang, Banten, Sachrudin, menyatakan dukungannya terhadap rencana perluasan layanan transportasi terintegrasi Jaklingko hingga ke wilayah Tangerang. Menurutnya, langkah ini strategis untuk mengurai kemacetan yang selama ini menjadi persoalan kronis di kawasan Jabodetabek, sekaligus meningkatkan aksesibilitas warga menuju Jakarta.
“Kami menyambut positif rencana perpanjangan rute Jaklingko ke Kota Tangerang. Kemacetan di Jabodetabek tidak bisa diselesaikan secara sektoral. Harus ada pendekatan lintas wilayah yang terintegrasi,” ujar Sachrudin di Tangerang, Kamis.
Dukungan tersebut disampaikan usai dirinya mendampingi Gubernur Banten, Andra Soni, dalam rapat koordinasi lintas wilayah bersama Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ), Pramono Anung, yang membahas perluasan rute layanan transportasi publik, termasuk Transjakarta, MRT, dan Jaklingko.
Sachrudin menilai, kolaborasi antarpemerintah daerah di kawasan aglomerasi menjadi krusial dalam menjawab kompleksitas persoalan metropolitan. Namun demikian, ia menekankan bahwa rencana perpanjangan layanan harus berdampak langsung pada kemudahan mobilitas masyarakat.
“Rute baru ini harus memberi manfaat nyata bagi warga. Prinsipnya, pembangunan infrastruktur transportasi harus berbasis kebutuhan dan kenyamanan pengguna,” tuturnya.
Dalam pertemuan tersebut, Pemkot Tangerang juga mengusulkan perluasan layanan Bus Rapid Transit (BRT) agar tidak berhenti di Kali Deres, melainkan diteruskan hingga Terminal Poris. Tak hanya itu, layanan busway Transjakarta juga diminta untuk diperluas hingga ke Ciledug, tidak hanya sampai di Puri Beta.
Sementara itu, Gubernur DKJ Pramono Anung menegaskan komitmen Pemprov Jakarta untuk memperpanjang rute MRT hingga ke Balaraja, Kabupaten Tangerang. Ia menyebutkan bahwa Jakarta telah memutuskan pembukaan lima rute MRT baru, di mana dua di antaranya akan terkoneksi langsung dengan Tangerang dan Tangerang Selatan.
“Kami ingin MRT tak lagi berhenti di Lebak Bulus. Perluasan hingga Balaraja adalah bagian dari visi transportasi metropolitan yang menyeluruh dan terintegrasi,” kata Pramono.
Lebih jauh, Pramono mengungkapkan, kolaborasi Jakarta dengan Banten tak hanya terbatas pada sektor transportasi, namun juga menyentuh isu-isu krusial lain seperti lingkungan, tata kelola sampah, banjir, hingga kerja sama administratif.
“Jakarta tidak bisa menyelesaikan tantangannya sendiri. Karena itu, kerja sama dengan wilayah penyangga seperti Banten adalah keniscayaan. Masalah-masalah seperti kemacetan, banjir, dan sampah adalah masalah bersama yang harus dicari solusinya secara kolektif,” tandasnya.
Rencana integrasi layanan transportasi lintas daerah ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam pembangunan sistem mobilitas perkotaan yang inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada kenyamanan warga.