jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya bersedia mengembalikan konsesi tambang kepada pemerintah.
Konsesi tambang diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik di internal PBNU, hingga pecah menjadi kelompok Kramat dan Sultan.
"Iya, itu (mengembalikan konsensi tambang) enggak masalah, tetapi semua harus dibicarakan bersama, karena keputusannya ini juga keputusan bersama,” kata Yahya di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (11/12).
Gus Yahya pun membeberkan bahwa sebenarnya masih ada masalah lainnya yang membuat PBNU menjadi terbagi dua.
"Mungkin, mungkin saja, tetapi bukan cuma soal itu. Ada yang lain," kata dia.
Yahya enggan menjelaskan apa saja masalah lain di tubuh PBNU yang dia maksud tersebut.
“Panjang kalau itu, harus rapat sampai berjam-jam,” tuturnya.
Adapun, PBNU saat ini terbagi dalam dua kubu. Ada yang sudah mengumumkan hasil pleno yang menetapkan KH Zulfa Mustofa jadi Pj Ketum PBNU di Jakarta, Selasa (9/12).






















































