jatim.jpnn.com, SURABAYA - Direktur Perencanaan Tenaga Kesehatan Kemenkes RI Laode Musafin M., mengungkapkan kondisi darurat kebutuhan tenaga elektromedis di Indonesia. Hal itu dia ungkapkan dalam Simposium Elektromedis 2025 di Surabaya, Kamis (11/12).
“Berdasarkan proyeksi hingga 2025, Indonesia membutuhkan 36.817 elektromedis. Saat ini kita baru memiliki 5.258 dan 54 persen masih terkonsentrasi di Jawa,” ujarnya.
Laode menjelaskan kebutuhan meningkat seiring berkembangnya teknologi alat medis dan layanan kesehatan spesialistik seperti kanker, jantung, stroke hingga urologi-nefrologi.
“Kebutuhan terhadap elektromedis tidak bisa ditawar lagi. Rumah sakit sangat bergantung pada alat medis, dan ke depan kita menghadapi era digital dan AI,” katanya.
Untuk mengatasi kekurangan, Kemenkes sedang berkoordinasi dengan Kemendikti Saintek untuk membuka kembali program studi elektromedis di politeknik kesehatan.
“Kami sudah menyepakati sejumlah poin. Pembukaan prodi harus berbasis perencanaan SDM kesehatan yang sudah kami rampungkan sampai 2032,” ucap Laode.
Dia memastikan pemerintah tidak hanya mengejar kuantitas, tetapi juga pemerataan lulusan.
“Kekurangan terjadi di Jawa maupun luar Jawa. Kami berkomitmen memenuhi jumlah dan sebarannya secara merata,” kata dia.






.jpeg)












































