jpnn.com, JAKARTA - Badai Siklon Tropis yang melanda Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang dikenal sebagai Siklon Tropis Senyar.
Fenomena alam itu mengakibatkan hujan ekstrem, banjir, dan angin kencang serta menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 10 Desember menyampaikan tercatat 969 orang meninggal dan 262 orang hilang.
Badai ini merupakan salah satu dari dua Tropical Cyclone(TC) yang terbentuk di utara Indonesia.
Board of Experts Prasasti Center for Policy Studies Arcandra Tahar mengatakan fenomena ini menegaskan Indonesia berada dalam jalur risiko hidrometeorologi yang kompleks.
Keadaaan ini membutuhkan pendekatan mitigasi berbasis data ilmiah, tata kelola ruang adaptif, dan komunikasi krisis yang efektif.
Pakar energi Indonesia itu menyebut siklon tropis yang melintasi wilayah utara Indonesia perlu dipahami dalam konteks ilmiah jangka panjang.
“Jika kami melihat data lintasan badai selama 150 tahun, Sumatra bagian utara hingga Selat Malaka memang pernah dilintasi tropical storm. Ini menunjukkan bahwa fenomena seperti ini bukan anomali tunggal, melainkan bagian dari return period alam. Kejadiannya dapat berulang setiap beberapa puluh tahun,” jelas Arcandra.






















































